Pemerintah lokal AS di kota Atlanta, negara bagian Georgia, merombak sistem pendidikan sekolah setempat setelah diguncang kasus manipulasi kertas ujian. Lebih dari seratus guru dan kepala sekolah yang terlibat dipecat.
Pejabat Atlanta, Errol Davis Jr. mengumumkan wacana perubahan itu dua hari setelah sebanyak 178 pengajar diketahui mencurangi ujian yang telah distandarisasi. Sebagaimana dilansir dari kantor berita Associated Press pada 8 Juli 2011, menurut Davis Jr., tidak akan ada satupun dari pendidik itu yang bisa kembali mengajar.
"Saya tidak menerima anggapan yang menyatakan fokus pada proses dan hasil mengharuskan Anda untuk berbuat curang," kata Davis Jr. "Apa yang bisa membuat orang berlaku curang adalah lingkungan yang permisif," lanjut Davis Jr.
Sebanyak 178 guru dan 38 kepala sekolah dari 44 sekolah tingkat menengah di Atlanta diketahui terlibat dalam skandal memalukan yang disebut-sebut terbesar dalam sejarah pendidikan di AS. Mereka menyulap jawaban ujian para siswa dengan cara menghapus jawaban yang salah dan menggantinya dengan yang benar.
Kasus kecurangan massal ini mencuat ke permukaan setelah salah satu koran Atlanta memberitakan bahwa nilai ujian beberapa sekolah di Kota Coca Cola itu melonjak secara drastis. Pemerintah negara bagian Georgia lantas melansir hasil audit nilai ujian setelah koran tersebut mempublikasikan analisis hasil tes.
Disambut Orangtua
Keputusan Davis ini tentu disambut baik oleh para orang tua, yang menganggap hal ini sebagai langkah pertama dari perbaikan sistem sekolah yang akan sangat panjang. Lantas, Arne Duncan dari Kementerian Pendidikan AS, berujar bahwa kejadian yang disebutnya memalukan ini membuktikan bahwa tidak ada yang namanya jalan pintas menuju sukses.
"Insiden memalukan ini menyoroti perlunya transparansi dan akuntabilitas dari sistem pendidikan kita. Pengukuran proses belajar siswa adalah syarat mutlak memastikan bahwa sekolah sedang mempersiapkan anak-anak kita untuk sukses," kata Duncan sebagaimana dilansir dari stasiun berita BBC.
Selain menindak para pendidik, pihak berwenang juga membentuk investigasi tentang nilai ujian, dan mengharuskan pelatihan etika terhadap semua pengajar.
Pejabat Atlanta, Errol Davis Jr. mengumumkan wacana perubahan itu dua hari setelah sebanyak 178 pengajar diketahui mencurangi ujian yang telah distandarisasi. Sebagaimana dilansir dari kantor berita Associated Press pada 8 Juli 2011, menurut Davis Jr., tidak akan ada satupun dari pendidik itu yang bisa kembali mengajar.
"Saya tidak menerima anggapan yang menyatakan fokus pada proses dan hasil mengharuskan Anda untuk berbuat curang," kata Davis Jr. "Apa yang bisa membuat orang berlaku curang adalah lingkungan yang permisif," lanjut Davis Jr.
Sebanyak 178 guru dan 38 kepala sekolah dari 44 sekolah tingkat menengah di Atlanta diketahui terlibat dalam skandal memalukan yang disebut-sebut terbesar dalam sejarah pendidikan di AS. Mereka menyulap jawaban ujian para siswa dengan cara menghapus jawaban yang salah dan menggantinya dengan yang benar.
Kasus kecurangan massal ini mencuat ke permukaan setelah salah satu koran Atlanta memberitakan bahwa nilai ujian beberapa sekolah di Kota Coca Cola itu melonjak secara drastis. Pemerintah negara bagian Georgia lantas melansir hasil audit nilai ujian setelah koran tersebut mempublikasikan analisis hasil tes.
Disambut Orangtua
Keputusan Davis ini tentu disambut baik oleh para orang tua, yang menganggap hal ini sebagai langkah pertama dari perbaikan sistem sekolah yang akan sangat panjang. Lantas, Arne Duncan dari Kementerian Pendidikan AS, berujar bahwa kejadian yang disebutnya memalukan ini membuktikan bahwa tidak ada yang namanya jalan pintas menuju sukses.
"Insiden memalukan ini menyoroti perlunya transparansi dan akuntabilitas dari sistem pendidikan kita. Pengukuran proses belajar siswa adalah syarat mutlak memastikan bahwa sekolah sedang mempersiapkan anak-anak kita untuk sukses," kata Duncan sebagaimana dilansir dari stasiun berita BBC.
Selain menindak para pendidik, pihak berwenang juga membentuk investigasi tentang nilai ujian, dan mengharuskan pelatihan etika terhadap semua pengajar.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar