Keteladanan Dalam Mendidik anak
Kali ini kumpulan-soal-matematika-sdspot.com akan memposting tentang keteladanan dalam mendidik anak. seperti apa keteladanan mendidik anak itu?, mari kita simak penjelasan yang banyak dibawah ini.
Menjadi teladan bagi anak tidak cukup hanya melakukan semua hal yang baik di depan anak, tetapi juga perlu adanya penguatan membimbing dan mengarahkan anak dalam pembiasaan. Misalnya orang tua yang selalu mengucapkan salam saat keluar atau masuk rumah, hampir dapat dipastikan bahwa anak akan mengikuti kebiasaan tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa bagaimanapun juga orang tua menjadi contoh atau teladan bagi sang anak. Ada sedikit perbedaan antara pembiasaan dan keteladanan. Namun keduanya saling menunjang. Keteladanan merupakan konotasi kata yang positif sehingga hal yang mengikutinya adalah perilaku, sikap maupun perbuatan yang secara normatif baik dan benar.
Dalam keteladanan terdapat unsur mengajak secara tidak langsung sehingga kurang efektif tanpa ada ajakan secara langsung yang berupa pembiasaan. Begitu pula sebaliknya, pembiasaan yang secara langsung mengarahkan pada perilaku, sikap, maupun perbuatan yang diharapkan, kurang mendapat hasil optimal bila tidak disertai dengan keteladanan. Sebagian orangtua ada yang selalu ingin mencampuri urusan anak dan mengawasi setiap hal-hal kecil yang dilakukan anak .
Salah satu alasannya adalah bahwa semua yang dilakukan mereka tersebut adalah untuk kebaikan anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu, orangtua seperti itu selalu berusaha untuk ikut mengatur dan melibatkan diri dalam kehidupan anak mereka. Misalnya, orangtua mengatur anak bahwa pada jam tertentu anak harus belajar, pada hari tertentu anak harus mengikuti kursus sepak bola, setelah pulang dari sekolah anak tidak boleh main ke luar bersama teman-teman di lingkungannya dan pada jam yang sudah ditentukan pula anak harus tidur siang. Bahkan, orangtua seperti ini biasanya akan mudah mengkritik anak apabila mereka mendapatkan anak melakukan suatu kesalahan.
Hal tersebut mereka lakukan supaya hal-hal yang dianggap kurang baik di mata keluarga dapat segera ditinggalkannya. Orangtua sangat mengharapkan di masa depan nanti anak mereka dapat tumbuh dan hidup lebih baik. Namun, dalam upaya mewujudkan kasih sayang tersebut masih banyak orangtua yang menganggap bahwa pemikiran dan tindakan orangtua adalah selalu benar. Padahal pada kenyataannya tidak demikian. Banyak anak justru merasa terkekang, frustrasi, dan terjerumus ke dalam lingkungan yang salah karena ’sikap’ orangtua yang terlalu melindungi, mengatur, dan mengkritik anak. Selama ini masih banyak sekali anggapan bahwa saat anak bertanya pada orang tua, sering kali orang tua menganggap anak kurang mengerti pada suatu hal. Padahal apabila dikaji lebih jauh lagi, saat anak bertanya, dia sangatlah tertarik pada banyak hal yang belum diketahui sebelumnya. Tugas orang tua menyikapi pertanyaan anak adalah member penjelaskan sesuai dengan usia dan daya nalar masing-masing anak.
Mengasuh dan membesarkan anak dengan cara bijaksana dapat membantu anak mampu hidup lebih baik di masa yang akan datang. Berikan kepercayaan kepada anak untuk dapat mengatur dirinya sendiri supaya kelak ia mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab. Berusaha untuk mengerti dan empati terhadap tindakan salah yang mungkin sesekali terjadi pada diri anak dapat membuat anak menyadari dan memperbaiki kesalahannya dengan perasaan senang.
Menjalin komunikasi yang baik dengan anak karena dengan demikian ’pembatas’ yang menghalangi batin di antara orangtua dan anak akan hilang. Di antara orangtua dan anak akan tumbuh sikap saling terbuka, saling mengerti apa yang diinginkan oleh masing-masing, dan saling menjaga untuk tidak membuat satu sama lain kecewa atau ’terkhianati’.
Dalam keteladanan terdapat unsur mengajak secara tidak langsung sehingga kurang efektif tanpa ada ajakan secara langsung yang berupa pembiasaan. Begitu pula sebaliknya, pembiasaan yang secara langsung mengarahkan pada perilaku, sikap, maupun perbuatan yang diharapkan, kurang mendapat hasil optimal bila tidak disertai dengan keteladanan. Sebagian orangtua ada yang selalu ingin mencampuri urusan anak dan mengawasi setiap hal-hal kecil yang dilakukan anak .
Salah satu alasannya adalah bahwa semua yang dilakukan mereka tersebut adalah untuk kebaikan anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu, orangtua seperti itu selalu berusaha untuk ikut mengatur dan melibatkan diri dalam kehidupan anak mereka. Misalnya, orangtua mengatur anak bahwa pada jam tertentu anak harus belajar, pada hari tertentu anak harus mengikuti kursus sepak bola, setelah pulang dari sekolah anak tidak boleh main ke luar bersama teman-teman di lingkungannya dan pada jam yang sudah ditentukan pula anak harus tidur siang. Bahkan, orangtua seperti ini biasanya akan mudah mengkritik anak apabila mereka mendapatkan anak melakukan suatu kesalahan.
Hal tersebut mereka lakukan supaya hal-hal yang dianggap kurang baik di mata keluarga dapat segera ditinggalkannya. Orangtua sangat mengharapkan di masa depan nanti anak mereka dapat tumbuh dan hidup lebih baik. Namun, dalam upaya mewujudkan kasih sayang tersebut masih banyak orangtua yang menganggap bahwa pemikiran dan tindakan orangtua adalah selalu benar. Padahal pada kenyataannya tidak demikian. Banyak anak justru merasa terkekang, frustrasi, dan terjerumus ke dalam lingkungan yang salah karena ’sikap’ orangtua yang terlalu melindungi, mengatur, dan mengkritik anak. Selama ini masih banyak sekali anggapan bahwa saat anak bertanya pada orang tua, sering kali orang tua menganggap anak kurang mengerti pada suatu hal. Padahal apabila dikaji lebih jauh lagi, saat anak bertanya, dia sangatlah tertarik pada banyak hal yang belum diketahui sebelumnya. Tugas orang tua menyikapi pertanyaan anak adalah member penjelaskan sesuai dengan usia dan daya nalar masing-masing anak.
Mengasuh dan membesarkan anak dengan cara bijaksana dapat membantu anak mampu hidup lebih baik di masa yang akan datang. Berikan kepercayaan kepada anak untuk dapat mengatur dirinya sendiri supaya kelak ia mampu hidup mandiri dan bertanggung jawab. Berusaha untuk mengerti dan empati terhadap tindakan salah yang mungkin sesekali terjadi pada diri anak dapat membuat anak menyadari dan memperbaiki kesalahannya dengan perasaan senang.
Menjalin komunikasi yang baik dengan anak karena dengan demikian ’pembatas’ yang menghalangi batin di antara orangtua dan anak akan hilang. Di antara orangtua dan anak akan tumbuh sikap saling terbuka, saling mengerti apa yang diinginkan oleh masing-masing, dan saling menjaga untuk tidak membuat satu sama lain kecewa atau ’terkhianati’.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar