Memasuki H-5 Lebaran, harga bahan pangan pokok dan komoditas pertanian lain mengundang kerisauan. Jika pemerintah tidak mampu mengurai dan mengatasi ketidakseimbangan pasokan dan permintaan di berbagai wilayah, maka harga bahan pokok niscaya melonjak lagi.
Kerisauan itu makin beralasan, karena saat ini kepadatan arus lalu lintas di berbagai wilayah mulai terjadi bersamaan dengan gelombang arus mudik Lebaran dari perkotaan. Karena itu, pemerintah harus bisa mengupayakan kenaikan harga bahan pokok menjelang Lebaran ini minimal tidak melampaui 10 persen.
"Kondisi pasar menjelang Lebaran niscaya bergejolak. Kalau saat ini harga bahan pokok terlihat stabil, maka pada H-3 Lebaran kenaikan harga biasa naik tajam. Jadi, pemerintah harus menjaga kecukupan pasokan agar masyarakat tetap bisa menjangkau kebutuhan pokok," kata Managing Director Econit Advisory Group Hendri Saparini kepada Suara Karya di Jakarta, Rabu (24/8).
Menurut dia, keterlambatan pengiriman barang ke pasaran selama ini sering terjadi sehingga mengakibatkan kelangkaan dan mendorong harga barang naik cukup signifikan. Dalam kondisi demikian, operasi pasar (OP) harus terus digelar agar kecukupan bahan pangan terjaga sehingga harga tidak bergejolak liar.
Saparini menyebutkan, OP kebutuhan pokok selama ini tidak efektif karena tidak menjangkau keseluruhan wilayah. Karena itu, dia menekankan, kelancaran distribusi dan ketersediaan barang di pasaran harus benar-benar dijaga. Dalam konteks ini, pemerintah harus membuktikan kepada publik klaim bahwa ketersediaan pangan menjelang Lebaran aman.
Senada, anggota Komisi IV DPR Fraksi Partai Golkar Siswono Yudo Husodo meminta seluruh jajaran pemerintah daerah (pemda) agar melakukan pengawasan ketat terhadap bahan pokok yang diperkirakan mengalami kenaikan harga mulai H-3 Lebaran.
"Biasanya H-3 Lebaran terjadi lonjakan harga karena permintaan naik tajam, sementara pedagang justru mulai banyak yang tidak jualan karena mudik," ujar Siswono saat memimpin rombongan anggota Komisi IV DPR meninjau Pasar Induk Cibitung, Bekasi, Jabar, kemarin.
Siswono juga mengkritisi pemeliharaan infrastruktur pasar yang kurang bagus sehingga membuat tidak nyaman pembeli, misalnya banyak lantai terkelupas dan digenangi air kotor, toilet umum jorok, juga instalasi listrik tidak beraturan.
"Pasar Cibitung merupakan sentra sayur-mayur dari berbagai daerah. Ini merupakan sentra ekonomi rakyat yang harus dijaga dengan baik," katanya.
Di tempat terpisah, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengklaim bahwa harga kebutuhan pokok menjelang Lebaran kali ini relatif stabil dibanding tahun lalu. Menurut dia, berdasarkan hasil sidak ke Pasar Kosambi, Bandung, harga-harga kebutuhan pokok terpantau stabil--kecuali beberapa komoditas seperti daging ayam, telur, serta cabai merah. "Tidak ada lonjakan harga yang signifikan," ujarnya.
Mari menambahkan, kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok itu masih wajar karena momen Lebaran kian dekat yang membuat permintaan sangat tinggi.
Kerisauan itu makin beralasan, karena saat ini kepadatan arus lalu lintas di berbagai wilayah mulai terjadi bersamaan dengan gelombang arus mudik Lebaran dari perkotaan. Karena itu, pemerintah harus bisa mengupayakan kenaikan harga bahan pokok menjelang Lebaran ini minimal tidak melampaui 10 persen.
"Kondisi pasar menjelang Lebaran niscaya bergejolak. Kalau saat ini harga bahan pokok terlihat stabil, maka pada H-3 Lebaran kenaikan harga biasa naik tajam. Jadi, pemerintah harus menjaga kecukupan pasokan agar masyarakat tetap bisa menjangkau kebutuhan pokok," kata Managing Director Econit Advisory Group Hendri Saparini kepada Suara Karya di Jakarta, Rabu (24/8).
Menurut dia, keterlambatan pengiriman barang ke pasaran selama ini sering terjadi sehingga mengakibatkan kelangkaan dan mendorong harga barang naik cukup signifikan. Dalam kondisi demikian, operasi pasar (OP) harus terus digelar agar kecukupan bahan pangan terjaga sehingga harga tidak bergejolak liar.
Saparini menyebutkan, OP kebutuhan pokok selama ini tidak efektif karena tidak menjangkau keseluruhan wilayah. Karena itu, dia menekankan, kelancaran distribusi dan ketersediaan barang di pasaran harus benar-benar dijaga. Dalam konteks ini, pemerintah harus membuktikan kepada publik klaim bahwa ketersediaan pangan menjelang Lebaran aman.
Senada, anggota Komisi IV DPR Fraksi Partai Golkar Siswono Yudo Husodo meminta seluruh jajaran pemerintah daerah (pemda) agar melakukan pengawasan ketat terhadap bahan pokok yang diperkirakan mengalami kenaikan harga mulai H-3 Lebaran.
"Biasanya H-3 Lebaran terjadi lonjakan harga karena permintaan naik tajam, sementara pedagang justru mulai banyak yang tidak jualan karena mudik," ujar Siswono saat memimpin rombongan anggota Komisi IV DPR meninjau Pasar Induk Cibitung, Bekasi, Jabar, kemarin.
Siswono juga mengkritisi pemeliharaan infrastruktur pasar yang kurang bagus sehingga membuat tidak nyaman pembeli, misalnya banyak lantai terkelupas dan digenangi air kotor, toilet umum jorok, juga instalasi listrik tidak beraturan.
"Pasar Cibitung merupakan sentra sayur-mayur dari berbagai daerah. Ini merupakan sentra ekonomi rakyat yang harus dijaga dengan baik," katanya.
Di tempat terpisah, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengklaim bahwa harga kebutuhan pokok menjelang Lebaran kali ini relatif stabil dibanding tahun lalu. Menurut dia, berdasarkan hasil sidak ke Pasar Kosambi, Bandung, harga-harga kebutuhan pokok terpantau stabil--kecuali beberapa komoditas seperti daging ayam, telur, serta cabai merah. "Tidak ada lonjakan harga yang signifikan," ujarnya.
Mari menambahkan, kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok itu masih wajar karena momen Lebaran kian dekat yang membuat permintaan sangat tinggi.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar