Harapan tidak terjadi perbedaan dalam penetapan 1 Ramadan 1432 H menjadi kenyataan. Pemerintah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah serentak mulai berpuasa, Senin hari ini, 1 Agustus. Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali (SDA) berharap, penetapan 1 Syawal 1432 H nanti juga kompak.
Keputusan 1 Ramadan 1432 H jatuh pada 1 Agustus 2011 diputuskan dalam sidang isbat malam tadi setelah Badan Hisab dan Rukyah (BHR) Kemenag mendapat laporan beberapa tim rukyatul hilal dari tiga lokasi. Pada pukul 18.40, tiga lokasi pengamatan melaporkan telah melihat hilal. Tiga titik itu di Makassar, Sulsel, serta Gresik dan Bangkalan, Jawa Timur.
Kepala BHR Ahmad Zauhari menjelaskan, semakin malam laporan tim yang melihat hilal bertambah banyak. 'Tapi, satu saja ada titik pantau yang lapor, itu sudah bisa diputuskan,’’ tandasnya.
Pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Jamaluddin menerangkan, saat ini sudah hampir tidak ada perbedaan antara perhitungan menggunakan hisab maupun rukyah. Dia menuturkan, penghitungan menggunakan hisab saat ini juga sudah memasyarakat. 'Intinya, hasil kedua sistem penghitungan ini sudah sama. Jadi tidak perlu menjadi pemicu keresahan di masyararakat,' katanya.
Usai sidang isbat, Menag SDA mewakili pemerintah mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa kepada seluruh umat Islam. Dia mengaku bersyukur karena penetapan 1 Ramadan tahun ini benar-benar serempak. 'Mudah-mudahan penetapan 1 Syawal nanti juga serentak. Tapi tetap melalui mekanisme sidang isbat,' terang pria yang juga ketua umum DPP PPP itu.
SDA juga menyambut baik kabar dari Lapan yang menyebutkan bahwa hasil perhitungan antara hisab dan rukyatul hilal sudah tidak mengalami perbedaan. Pemerintah, tinggal membuat kebijakan untuk menetapkan kriteria-kriteria pelaksanaan hisab dan rukyatul hilal. SDA mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menghormati umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Al Markaz Padat
Malam tadi, tarawih perdana di Masjid Al Markaz Al Islami, dipadati ribuan jemaah dari berbagai penjuru di Kota Makassar. Perkiraan panitia Ramadan, jumlah jemaah mencapai 10 ribu orang lebih.
Saking membeludaknya jemaah yang memadati masjid tersebut, sehingga banyak jemaah terpaksa salat di halaman masjid. Mereka berbaur dengan pedagang kaki lima yang berjejer di halaman masjid megah tersebut.
Bahkan, saat salat tarawih masih berlangsung beberapa jemaah berseliweran di sekitar jemaah yang sedang salat. Mereka mengerubuti pedagang kaki lima yang menjamur di halaman masjid menjajakan berbagai item dagangan.
Memang, saat bulan Ramadan di halaman Masjid Al Markaz Al Islami disulap menjadi arena pasar malam. Petugas pengamanan masjid, Herman mengungkapkan bahwa sudah lima tahun terakhir ketika Ramadan tiba di halaman masjid dipenuhi pedagang kaki lima.
"Tarawih perdana memang dipadati jemaah. Sebagian tidak datang salat, melainkan untuk melihat-lihat di pasar malam. Memang tiap tahun begini kondisinya. Pasar malam ini buka pukul 19.00 sampai 23.00 Wita," terang Herman.
Seorang jemaah, Amang dari Kecamatan Wajo mengaku senang salat di Al Markaz lantaran cukup ramai suasananya. Selain datang beribadah, juga dapat belanja aneka jajanan yang dijual di halaman masjid.
"Jadi, setelah beribadah kita juga bisa cuci mata dan belanja di sekitar masjid. Cukup banyak yang dijajakan dengan harga murah," ujar Amang.
Adapun penceramah tarawih perdana di Masjid Al Markaz Al Islami adalah Prof Dr H Abd Rahman Getteng MA, sedangkan imam Drs KH Jalaluddin Sanusi. Inti ceramah Rahman Getteng mengenai makna puasa dalam kehidupan manusia.
Keputusan 1 Ramadan 1432 H jatuh pada 1 Agustus 2011 diputuskan dalam sidang isbat malam tadi setelah Badan Hisab dan Rukyah (BHR) Kemenag mendapat laporan beberapa tim rukyatul hilal dari tiga lokasi. Pada pukul 18.40, tiga lokasi pengamatan melaporkan telah melihat hilal. Tiga titik itu di Makassar, Sulsel, serta Gresik dan Bangkalan, Jawa Timur.
Kepala BHR Ahmad Zauhari menjelaskan, semakin malam laporan tim yang melihat hilal bertambah banyak. 'Tapi, satu saja ada titik pantau yang lapor, itu sudah bisa diputuskan,’’ tandasnya.
Pakar astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Jamaluddin menerangkan, saat ini sudah hampir tidak ada perbedaan antara perhitungan menggunakan hisab maupun rukyah. Dia menuturkan, penghitungan menggunakan hisab saat ini juga sudah memasyarakat. 'Intinya, hasil kedua sistem penghitungan ini sudah sama. Jadi tidak perlu menjadi pemicu keresahan di masyararakat,' katanya.
Usai sidang isbat, Menag SDA mewakili pemerintah mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa kepada seluruh umat Islam. Dia mengaku bersyukur karena penetapan 1 Ramadan tahun ini benar-benar serempak. 'Mudah-mudahan penetapan 1 Syawal nanti juga serentak. Tapi tetap melalui mekanisme sidang isbat,' terang pria yang juga ketua umum DPP PPP itu.
SDA juga menyambut baik kabar dari Lapan yang menyebutkan bahwa hasil perhitungan antara hisab dan rukyatul hilal sudah tidak mengalami perbedaan. Pemerintah, tinggal membuat kebijakan untuk menetapkan kriteria-kriteria pelaksanaan hisab dan rukyatul hilal. SDA mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menghormati umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Al Markaz Padat
Malam tadi, tarawih perdana di Masjid Al Markaz Al Islami, dipadati ribuan jemaah dari berbagai penjuru di Kota Makassar. Perkiraan panitia Ramadan, jumlah jemaah mencapai 10 ribu orang lebih.
Saking membeludaknya jemaah yang memadati masjid tersebut, sehingga banyak jemaah terpaksa salat di halaman masjid. Mereka berbaur dengan pedagang kaki lima yang berjejer di halaman masjid megah tersebut.
Bahkan, saat salat tarawih masih berlangsung beberapa jemaah berseliweran di sekitar jemaah yang sedang salat. Mereka mengerubuti pedagang kaki lima yang menjamur di halaman masjid menjajakan berbagai item dagangan.
Memang, saat bulan Ramadan di halaman Masjid Al Markaz Al Islami disulap menjadi arena pasar malam. Petugas pengamanan masjid, Herman mengungkapkan bahwa sudah lima tahun terakhir ketika Ramadan tiba di halaman masjid dipenuhi pedagang kaki lima.
"Tarawih perdana memang dipadati jemaah. Sebagian tidak datang salat, melainkan untuk melihat-lihat di pasar malam. Memang tiap tahun begini kondisinya. Pasar malam ini buka pukul 19.00 sampai 23.00 Wita," terang Herman.
Seorang jemaah, Amang dari Kecamatan Wajo mengaku senang salat di Al Markaz lantaran cukup ramai suasananya. Selain datang beribadah, juga dapat belanja aneka jajanan yang dijual di halaman masjid.
"Jadi, setelah beribadah kita juga bisa cuci mata dan belanja di sekitar masjid. Cukup banyak yang dijajakan dengan harga murah," ujar Amang.
Adapun penceramah tarawih perdana di Masjid Al Markaz Al Islami adalah Prof Dr H Abd Rahman Getteng MA, sedangkan imam Drs KH Jalaluddin Sanusi. Inti ceramah Rahman Getteng mengenai makna puasa dalam kehidupan manusia.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar